Alhambra, Sebuah “Kejayaan yang Sirna”

on Friday, July 20, 2012

alhambra

Alhambra dalam bahasa Arab artinya merah, karena bahan bangunan terbuat dari tanah liat merah. Alhambra yang menempati puncak bukit Assabica di perbatasan tenggara Kota Granada (Spanyol sekarang) sering dijuluki sebagai “kejayaan yang sirna”. Bahkan Washington Irving dalam novelnya yang berjudul Alhambra, menjelaskan secara terperinci tentang istana Alhambra ini  Alhambra tidak memiliki sebuah rencana induk (master plan) bagi keseluruhan desain situs, sehingga tata letak secara keseluruhan tidak ortogonal. Alhambra merupakan hasil dari beberapa tahap pembangunan: dari benteng pada abad ke-9, istana Moor abad ke-9, istana pada masa Kaisar Charles V pada abad ke-16, beberapa bangunan berada di posisi aneh satu sama lain.

Islam masuk ke negeri Spanyol ini dibawa oleh pasukan Islam pimpinan Thariq bin Ziyad yang dikirim raja muda Islam di Afrika, Musa bin Nusair. Pasukan Islam sendiri datang untuk memerdekakan Andalusia (Spanyol) dari kekacauan hebat atas permintaan Gubernur Ceuta, Julian. Thariq membawa sekitar 12.000 pasukan ke Gibraltar pada Mei 711 M. Ia memasuki Spanyol lewat selat di antara Maroko dan Spanyol yang kemudian diberi nama sesuai dengan namanya, Jabal Thariq.

Awalnya Alhambra dibangun sebagai fungsi bangunan militer yang terdiri bangunan benteng. Bangunan ini awalnya diperkirakan sudah ada ketika bangsa Moor datang ke Spanyol. Tempat ini disebut pula sebagai Alcazaba (Al-casbah-dari bahasa Arab), berada di kompleks istana sebelah barat laut. Letaknya di ujung site Alhambra di bukit, dengan tujuan untuk mengawasi keadaan sekitar kota dan istana terhadap serangan musuh. Bagian ini merupakan garis pertahanan terakhir yang ditembus oleh musuh. Selain itu berfungsi sebagai area patroli terhadap keamanan kota.

Pada pembangunan kedua, bangunan tambahan didirikan sebagai istana Islam setelah Spanyol berhasil ditaklukkan. Istana Alhambra adalah simbol puncak kejayaan Islam di Spanyol. Bagian yang paling penting dari keseluruhan kompleks ini tentunya adalah Istana Nazaries. Di tulisan sebelumnya kita sudah sampai ke bagian utama, tempat kolam refleksi berada. Tema utama kompleks ini memang adalah air yang mengalir, sesuai gambaran surga dalam Al Quran. Tentunya juga tidak ada gambar makhluk hidup yang dibentuk di dinding-dindingnya dan arsitektur yang khas adalah langit-langit berbentuk ‘stalaktit’. Bentuk stalaktit ini sebetulnya berhubungan dengan bentuk sarang lebah yang disusun berkali-kali. Berada langsung di bawahnya mirip dengan perasaan kalau melihat langit malam, tinggi dan tak terjangkau, tapi sebetulnya tidak terlalu jauh. Istana Nazaries dihias dengan beberapa warna yang punya lambang makna masing-masing. Masih menurut Rick Steve, warna merah melambangkan darah, biru melambangkan surga, hijau sebagai lambang sumber mata air, dan warna emas sebagai lambang kekayaan. Seluruh bangunan dihiasi oleh detail kaligrafi dari ayat-ayat Al Quran.

patio

garden

Pertikaian internal menyebabkan kemunduran umat Islam di Andalusia. Setelah kerajaan Islam berhasil ditaklukkan oleh Kristen, pembangunan tahap ketiga dilakukan. Pembangunan dilakukan dengan penambahan fungsi istana dengan bentuk persegi dengan inercourt lingkaran. Charles V membangun kembali beberapa bagian dengan gaya Renaissance dan menghancurkan sebagian besar istana musim dingin untuk membuat ruangan dengan struktur gaya Renaissance tersebut, tapi tidak pernah selesai. Pada abad-abad berikutnya, seni Moor rusak, dan pada 1812 beberapa menara dihancurkan oleh Prancis di bawah perintah Sebastiani. Gempa bumi pada 1821 menyebabkan kehancuran berikutnya. Pekerjaan pemugaran dilakukan pada 1828 oleh arsitek José Contreras. Sepeninggal Contreras, pemugaran dilanjutkan oleh anaknya, Rafael, serta cucunya. Dengan desain yang sangat cantik, Alhambra dilengkapi dengan taman-taman, air mancur, sungai, istana, dan sebuah masjid, yang semuanya berada di dalam tembok benteng dan diapit 13 menara besar.

0 comments: