Islam turun sebagai agama yang menghendaki umatnya menjadi orang kaya. Benarkah islam menginginkan umatnya kaya?. Tentu saja! Kenapa seperti itu?. Karena tanpa harta, bagaimana mereka dapat bershodaqoh? Bagaimana mereka dapat membayar zakat? Dan bagaimana mereka berinfaq? Sementara tiga amal ini sangat dianjurkan dalam Islam. Zakat, infaq, dan shodaqoh adalah amal yang mengharuskan orang Islam memiliki harta, meskipun sedikit. Meski Islam tidak mewajibkan ummatnya menjadi kaya, tapi ibadah akan lebih khusyu’ ketika kebutuhan jasmani terpenuhi. Bagaimana pula kita akan khusyu’ dalam sholat jika belum makan selama dua hari?.
Sebagai bukti, mari kita menengok kembali ke perkampungan suku Quraisy, yang merupakan salah satu suku yang diceritakan dalam Al-Qur’an. Sebagaimana Allah bercerita di dalam surat Al-Quraisy,Allah memberikan kecukupan hidup pada suku Quraisy, berupa kecukupan pangan (ath’amahummminju’in)dan melindungi mereka dari kesengsaraan (waamanahum min khauf). Dengan cara apa? Tentu tidak dengan menjatuhkan segepok emas di tangan orang-orang yang hanya menengadahkan tangan dalam berdo’a. Allah menjadikan mereka kaya dengan cara-cara yang kreatif, yaitu melalui jalur perdagangan yang sepanjang musim panas mereka dapat menjajakan dagangannya di Syam dan berpindah ke Madinah di musim dingin. Setelah sukses membuat mereka hidup layak, kemudian Allah memerintahkan mereka untuk beribadah (QS.Al-Quraisy:3).
Rasulullah pernah bersabda, ‘kemiskinan itu dekat dengan kekufuran’. Sudah banyak kasus membuktikan. Seorang perempuan pada masa khalifah Umar bin Khattab nyaris dihukum potong tangan karena kepergok mencuri makanan untuk anak-anaknya yang kelaparan. Beberapa media di Indonesia menyatakan bahwa kasus kekerasan beragama hingga munculnya aliran sesat adalah dampak dari kemiskinan. Dr. KH. Said Aqil Siraj mengatakan: “Pemerintah harus menopang ekonomi rakyat yang sedang susah, karena umumnya faktor munculnya aliran sesat juga karena urusan perut atau kemiskinan. Kalau sudah urusan perut seseorang mudah mengikuti dan menerima apapun.”
Sebenarnya, tidak ada orang yang diterlantarkan Allah tanpa dicukupi rizkinya, rizki adalah rahasia Allah. Mengapa Allah merahasiakan rizki? Karena Allah ingin kita mencarinya. Allah baru akan menyibak rahasia rizki setelah manusia berproses. Begitulah sebenarnya, “rizki yang tak diduga-duga” (min haitsu la yahtasib). Sementara kebanyakan orang salah mengartikan arti ayat di atas sebagai rizki yang “bim-salabim”.
Allah tidak menghendaki hamba-Nya bermental instan. Tapi, Allah ingin hamba-Nya kreatif . “Allah tidak akan mengubah nasib sebuah kaum,kecuali mereka mengubah nasibnya sendiri”(QS. Ar-Ra’d). Muslim sejati adalah mereka yang berani berproses dan tidak hanya berpangku tangan dengan selalu mengharap keajaiban. Harus ada kerja nyata serta diguyur lantunan do’a-do’a. Yang pasti, Allah Maha Adil. Ganjaran akan setimpal dengan perjuangan (al-ajru biqodri al ta’ab), itu pasti. Lantas, bagaimana mendapatkan rizki yang tak terduga? Jangan khawatir, Allah memberi kita modal, menunjukkan jalan dan tips menjadi sukses.
Pertama, berusaha dan terus mencoba. Tidak ada kegagalan dalam suatu usaha kecuali Allah ingin kita berusaha lebih keras, karena Allah telah merencanakan hasil terbaik yang tidak pernah kita duga.
Kedua, berbakti kepada kedua orang tua. Rasulullah pernah membagi tips sukses ini dalam sebuah hadits: “Barang siapa ingin memperoleh kebahagiaan, di mana rizkinya akan melimpah dan usianya bertambah, hendaklah ia berbakti kepada kedua orang tua dan menyambung silaturrahim” (HR Bukhari-Muslim)
Ketiga, menyantuni anak yatim. Rasulullah pernah didatangi seorang sahabat. Kali ini ia bercerita soal hatinya yang keras dan sengsara. Rasulullah bertamya kepadanya: “Kamu ingin hatimu lembut dan kebutuhanmu tercukupi?” Sontak sahabat itu mengangguk penasaran. Rasul menjawab “Kasihanilah anak yatim, belai rambutnya dan beri ia sesuap nasi, niscaya hatimu akan lembut dan hajat hidupmu akan tercukupi.”
Keempat, tanggungjawab social(social responsibility). Seandainya Qarun, orang paling kaya sepanjang sejarah manusia itu masih hidup, kita dapat bertanya langsung, mengapa ia menderita kebangkrutan dan pada akhirnya ia mati sia-sia? Qarun mengabaikan peringatan Allah bahwa sedekah dan musibah saling berebut kesempatan untuk menimpa manusia. Jika kita berhasil mendahulukan sedekah, pasti musibah akan kalah langkah.
Kelima, berdo’a. Jika sedemikian ikhtiar telah dengan sungguh kita patuhi, hal terakhir yang dapat kita lakukan adalah pasrah dan merayu Allah melalui panjatan do’a. Allah pasti tidak akan mengingkari janji-Nya sendiri, Allah berfirman “Berdo’alah kalian padaKu, niscaya akan Ku kabulkan”.
Jika ternyata yang kita pinta belum terwujud, maka sebenarnya Allah sedang merencanakan sesuatu yangjauh lebih baik untuk kita. Sedikit bersabar, dibumbui kerja keras, dan satu hal yang pasti; la taiasu min rohmatillah, jangan berputus asa dari rahmat Allah.
View the Original article
0 comments:
Post a Comment