Operasi Timah Panas: Hari Ini Empat Tahun Lalu

on Friday, December 28, 2012

Lebih dari 1.300 penduduk Palestina di Jalur Gaza tewas selama 22 hari serangan Israel dari laut, udara dan darat. Penduduk Palestina di Gaza tidak punya tempat lagi untuk melarikan diri karena Israel telah menutup perbatasan sejak dua tahun sebelumnya. Serangan Israel merupakan bencana bagi 1,5 juta penduduk Gaza yang mayoritas merupakan pengungsi perempuan dan anak-anak.

Tepat empat tahun lalu, dimulai pada 27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009, militer Israel melakukan serangan di Jalur Gaza, yang disebut Operasi Cast Lead – Operasi Timah Panas. Kerugian yang diderita masyarakat setempat belum pernah terjadi sebesar ini sebelumnya dalam satu kali operasi serangan: 1.390 jiwa penduduk Palestina tewas, padahal 759 orang di antaranya tidak mengambil bagian dalam permusuhan. Dari jumlah tersebut, 318 nya adalah anak-anak yang berumur di bawah 18 tahun. Lebih dari 5.300 penduduk Palestina terluka, 350 orang dari mereka luka serius. Israel juga menyebabkan kerusakan besar pada perumahan, bangunan industri, pertanian, infrastruktur pembangkit listrik, sanitasi, dan kesehatan, yang tadinya pun sudah di ambang kehancuran sebelum serangan. Menurut angka yang dirilis PBB, pada Operasi Timah Panas ini Israel menghancurkan lebih dari 3.500 pemukiman sehingga sekitar 20.000 orang kehilangan tempat tinggal.

Selama diserang, pihak Palestina yang diwakili Hamas juga menembakkan roket dan mortir ke Israel. Serangan balasan ini menewaskan tiga warga sipil Israel dan satu anggota pasukan keamanan Israel, dan membuat puluhan orang terluka. Sembilan tentara Israel tewas dalam Jalur Gaza. Lebih dari 100 tentara terluka, satu kritis, dan 20 terluka serius.

Satu setengah tahun pasca Operasi Timah Panas selesai, daerah yang terkena dampak paling luas di Jalur Gaza belum dibangun kembali. Pada Juni 2010, Israel melakukan pembatasan masuknya produk ke Gaza termasuk bahan konstruksi. Bahan konstruksi hanya diperbolehkan untuk proyek-proyek pembangunan yang berada di bawah pengawasan internasional. Pembatasan ini mencegah pembangunan kembali rumah-rumah yang hancur dan rusak, dan lebih dari 20.000 orang harus terus hidup dalam kondisi penuh sesak di dalam apartemen sewaan, tenda-tenda, atau menumpang. Pembatasan masuknya bahan konstruksi juga mencegah rehabilitasi infrastruktur listrik yang rusak sehingga 90 persen warga Gaza saat itu menderita pemadaman listrik hingga 12 jam sehari. Pemadaman ini terjadi sejak Israel membom pembangkit listrik Gaza pada tahun 2006 dan ditambah lagi selama Operasi Timah Panas telah terjadi perselisihan antara Hamas dan Otoritas Palestina mengenai siapa yang menanggung tanggung jawab untuk menutupi biaya bahan bakar.

Distribusi setengah juta liter bahan bakar ke Jalur Gaza pada 25 Agustus 2010 berhasil mengurangi durasi pemadaman listrik, yang sekarang berlangsung selama 4-6 jam sehari. Pemadaman listrik sangat memengaruhi kualitas pelayanan kesehatan di Jalur Gaza, karena menyebabkan kerusakan pada peralatan medis dan terbatasnya ketersediaan listrik untuk pengoperasiannya. Sistem kesehatan tidak dapat berfungsi dengan baik karena kurangnya peralatan medis maupun aliran listrik. Sehingga pasien yang kritis mengalami kesulitan menerima perawatan medis yang diperlukan. Kurangnya infrastruktur juga mengganggu akses ke pengolahan air minum dan air limbah. Sekitar 3.000 penduduk Palestina di bagian utara Jalur Gaza tidak memiliki akses terhadap air, dan 80 juta liter aliran limbah mentah disalurkan melalui saluran terbuka.

Saya sedang tidak ingin menghakimi siapa yang bersalah dalam hal ini. Saya hanya ingin mengatakan bahwa operasi semacam ini tidak boleh terjadi lagi di pojok manapun di muka bumi.

Sumber: http://nevercastleadagain.wordpress.com/

About the author

Writer is a free-writer and free-reader. Avoids imported foods and capitalist products. Works at radiobuku.com.



View the Original article

0 comments: