Semua orang memandangi langit, menunggu bulan muncul. Oh coba tebak apakah langitnya semakin berkabut sehingga tidak mungkin melihat bulan sabit baru bulan Ramadhan. Orang pun beralih ke siaran televisi mereka dan menyalakan saluran berita untuk mengetahui apakah besok adalah Ramadhan pertama atau tidak. Tiba-tiba sebuah berita terkini muncul dan wajah orang-orang menjadi sumringah karena bahagia mengetahui besok adalah Ramadhan pertama. Ponsel pun mulai terus bergetar dan terka apa yang Anda terima yaitu ratusan pesan “Selamat Berpuasa di Bulan Ramadhan” dari teman-teman dan juga kerabat. Para lelaki mulai bersiap-siap untuk tarawih, dan dalam beberapa menit mereka pergi Shalat Isya bersamaan dengan tarawih.
Setiap orang di rumah disarankan untuk menyetel alarm ponsel mereka sehingga tidak ada yang ketinggalan waktu sahur. Ini adalah waktu sahur pertama bulan Ramadhan. Para perempuan ikut serta dalam menyiapkan menu sahur sedangkan anak-anak tidak siap untuk bangun sepagi ini.
Ibu : “Nak, ayo cepat bangun untuk makan sahur, karena waktu yang tersisa sudah hampir habis.”
Anak : “Bu! Saya akan menyusulmu dalam beberapa saat. Tolong biarkan saya tidur 5 menit lagi.”
Masing-masing dari kita menjumpai percakapan semacam ini di rumah penduduk pada saat sahur. Hal ini sangat umum di sini, di Pakistan, dan ini memiliki daya tarik tersendiri.
Akhirnya, semua orang telah berada di meja makan. Secangkir teh “chai” yang sangat panas adalah menu sahur istimewa di Pakistan. Dan bagaimana bisa seseorang melupakan suasana kalang kabut di menit-menit terakhir untuk mendapatkan segelas air dingin sebelum waktu sahur habis. Muazin pun beradzan, tanda panggilan untuk shalat subuh. Para lelaki menuju masjid sementara perempuan beribadah di rumah. Setelah beribadah, semua orang bersiap-siap memulai hari itu. Seseorang telah siap untuk pergi ke kantor sementara yang lain menuju sekolah dan perguruan tinggi.
Tengah hari pada bulan Ramadhan di Pakistan sangat berbeda dari hari biasanya. Anda akan melihat sangat sedikit warga di jalanan karena orang-orang lebih suka tinggal di rumah dan beribadah. Anda hanya akan melihat para pedagang menjual buah-buahan dan kurma. Begitu intensitas terik panas berkurang dan waktu berbuka puasa sudah dekat maka kesibukan di jalanan semakin terlihat. Beberapa diantaranya membeli buah-buahan dan makanan lain untuk berbuka puasa sedangkan yang lain kembali ke rumah masing-masing sepulang kantor. Ada hiruk pikuk di jalanan dan tidak ada satu orang pun yang senang terjebak dalam kemacetan lalu lintas tepat sebelum waktu berbuka puasa.
Di rumah para perempuan sibuk mempersiapkan buka puasa. Pakora dan buah chat adalah menu wajib berbuka puasa. Terus terang, mulut saya berliur seketika. Sajian-sajian ini sangat lezat terutama pakora sampai-sampai menjilat jari. Sajian makanan minuman dan meja makan telah diatur sehingga semua orang bisa berbuka puasa bersama. 10-15 menit sebelum waktu berbuka semuanya berkumpul di meja makan. Mereka berdoa dan bersyukur kepada Allah SWT untuk segala sesuatunya terlebih untuk rahmat yang diberikan kepada mereka dengan hadirnya bulan Ramadhan.
Dengan bacaan Muazin di pengeras suara “Mari berbuka puasa para Muslim dan Muslimah karena waktu untuk berbuka puasa telah tiba” maka semua orang pun berbuka puasa dengan kurma dan segelas air.
Ini adalah bagaimana menghabiskan waktu bulan penuh berkah di Pakistan
You can also read this article in English Here
View the Original article
0 comments:
Post a Comment