Mungkin saat mendengar kata masjid, yang ada diimajinasi kita adalah kubah atau paling tidak atap limasan yang runcing menjulang khas masjid-masjid di Jawa, tapi ternyata tidak selamanya seperti itu. Siapa bilang masjid harus punya kubah? Tidak seperti yang dianggap kebanyakan orang, kubah sebenarnya bukan ciri khas arsitektur masjid ataupun bangunan dengan arsitektur Islami lain, kubah itu milik arsitektur Timur Tengah. Asitektur yang Islami tidak mengacu pada bentuk-bentuk yang lazim digunakan, tapi lebih kepada esensinya, konsep dari bangunan itu sendiri.
Masjid Al Irsyad membuktikan hal ini dengan desainnya yang “tidak biasa”. Masjid yang berlokasi di di Kota Baru Parahyangan, Kec. Padalarang, Kab. Bandung Barat (KBB), ini sangat berbeda dari masjid-masjid kebanyakan. Ketiadaan kubah disini memang disengaja karena kubah sendiri tidak kontekstual baik secara identitas keagamaan maupun dengan wilayah masjid ini berada. Sebagai gantinya justru muncul bentuk bangunan kotak sederhana dengan warna abu-abu. Kesan dari masjid ini pun lebih modern dan sederhana.
Bentuk kotak pada Masjid Al Irsyad ini terinspirasi dari bentuk Ka’bah, begitu juga dengan lansekapnya yang melingkar-lingkar mengelilingi masjid terinspirasi dari konsep towaf. Selain bermakna filosofis, bentuk kotak ini juga secara fungsional lebih efisien untuk mengakomodasi kegiatan sholat berjamaah yang mana dilakukan dengan berbaris-baris menghadap Kiblat. Kolom struktural pun disusun sedemikian rupa sehingga tidak terlihat dari fasad bangunan. Inilah yang kemudian memungkinkan permainan pada seluruh dinding fasad, yaitu susunan bata berlubang yang membentuk kaligrafi tiga dimensi raksasa bertuliskan dua kalimat syahadat. Lubang-lubang pada dinding ini sekaligus berfungsi sebagai ventilasi udara dan pencahayaan alami. Minaret sebagai elemen penting pada masjid, disini berbentuk kotak menjulang senada dengan bangunan masjid utama. Seperti minaret pada umumnya, fungsi utama sebagai tempat adzan, dan juga sebagai penanda akan keberadaan masjid tersebut.
Masuk ke dalam interior masjid, keunikan lainnya terletak pada mihrabnya. Pada Masjid Al Irsyad ini, mihrab justru dibiarkan terbuka, tidak seperti pada masjid pada umumnya yang tertutup. Unsur keterbukaan membuat suasana lebih menyatu dengan alam dengan pemandangan pegunungan hijau yang terlihat jelas. Selain itu,unsur air juga dihadirkan ke dalam ruangan, di sini mimbar khatib terlihat seakan-akan terletak di atas kolam jernih. Tepat di atas kolam air berdiri bola besar yang bertuliskan kaligrafi Allah SWT. Unsur air di sini juga membantu menurunkan suhu udara pada musim panas.
Masjid yang selesai dibangun pada tahun 2010 ini telah menyita perhatian dunia arsitektur internasional. Masjid Al Irsyad masuk dalam 5 besar “Building of The Year 2010″ dalam katagori religious architecture. National Frame Building Association memilih Masjid Al Irsyad sebagai satu-satunya tempat ibadah dari Asia yang masuk dalam nominasi. Selain itu, masjid ini juga merupakan satu-satunya tempat ibadah yang masuk di luar gereja. Kosep yang diusung oleh tim arsitek Urbane, dengan prinsipal arsiteknya Ridwan Kamil, menjadi alasan mengapa masjid Al Irsyad mampu masuk nominasi dan menyisihkan ratusan tempat ibadah lainnya dari seluruh dunia. Masjid Al-Irsyad terpilih melalui polling di internet di situs ArchDaily.com untuk kategori rumah ibadah. ArchDaily.com merupakan situs arsitektur yang paling banyak dikunjungi di dunia.
Penggunaan konsep Ka’bah yang menghasilkan bentuk kotak ini memang jauh lebih sederhana jika dibandingkan dengan masjid-masjid lain kebanyakan, yang biasanya penuh dengan ornamen dan warna-warna mencolok. Tetapi arsitektur Islami itu tidak terbatas pada wujud fisik saja. Kesederhanaan di sini justru sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri. Kesederhanaan mampu memberikan makna yang jauh lebih dalam. Less is more.
Link ke ArchDaily.com
View the Original article
0 comments:
Post a Comment