Ta’aruf apakah menikah tanpa cinta ????

on Friday, June 22, 2012

Ta’aruf adalah menikah tanpa cinta,,,??? apakah itu benar,,,,? ?? Jika di lihat sekilas memeng benar, ta’aruf menikah tanpa cinta karena di dalam ta’aruf tidak ada proses pacaran itulah yang saya pelajari dalam islam (learn islam) .
Lalu apakah kita bias bertahan dalam pernikahan yang di dalam nya tidak ada cinta? yang berpacaran berpuluh-puluh tahun belum tentu serasi seumur hidupnya , apalagi yang baru kenal hanya memandang dari jauh lalu menikahinya? sebuah pertanyaan yang memang wajib di tanyakan bagi yang pemula yang tidak percaya dengan hukum Allah. Wikikkkk,,, saya berikan sedikit gamabaran tetang bagaiman cinta bersemi di dalam ta’aruf.

Saya sendiri (penulis) menikah dengan cara ta’aruf ini. saya menikah dengan seorang lelaki yang usianya 15 tahun lebih tua dari saya. Dan sekarang umur saya 18 tahun satu tahun yang lalau saya menikah dengan beliau berati saat itu usia saya baru 17 tahun. Pertama di pinang oleh Abi(panggilan sayang untuk suami saya) saya merasa sangat kaget, jujur saat itu saya baru lulus SMA dan saya bukan tipe gadis polos nan lugu yang tidak tahu dunia.istilah keren nya saya gadis gaul yang syari’at islamnya sedikit bermasalah. Saat di pinag abi saya sedang pacaran dengan seorang pemuda tampan yang umurnya 3 tahun di atas saya. Atau bahasa indonesianya sepantaran lah. Lho muslim kok pacaran ??? Saya sudah katakana bahwa saya bukan muslim yang baik dan benar yang patut di tiru saya masih perlu banyak belar islam(learn islam). jujur Saat pertama kali ta’aruf , suami saya datang kerumah saya dan mengatakan ada rasa dengan saya. saya langsung “Ngeh” dalam fikiran …SAYA TIDAK AKAN BAHAGIA HIDUP DENGAN ANDA.lagi pulan ini abad 21 bung masak nikah nya kayak gini?

Lagi pula secara logis dia hampir sama dengan umur om saya yang termuda, mana mungkin saya bias hidup bahagia. Membayangkan nya pun membuat saya tidak bisa tidur semalaman. Tapi saat itu orang tua saya entah kenapa sangat menyukai suami saya, mungkin karena abi seorang muslim yang ta’at yang akan membawa saya masuk syurga bersamanya( sepeti biyasa bentuk pemikiran orang tua yang kolot). Sayapun menerima karena alsan ingin membahagiakan orang tua.

Setelah ta’aruf satu minggu kemudian saya di pinang oleh beliau ? apa kalian tahu selama ta’aruf itu pun beliau sama sekali tidak pernah mengajak saya jalan – jalan, nonton bioskop, ketempat hiburan atau sebagainya selayak nya calon pasangan yang akan menikah. “Tidak ” abi tidak malakukan semua itu pada saya. Selama seminggu ta’aruf dia hanya datang saat pertama kali menanyakan apakah saya punya pacar atau tidak dan hari ke tujuh bertepatan ketika dia meminang saya untuk menjadi istrinya. Saat di pinang pun saya merasa dan bahkan berkeyankinan  bahwa ” SAYA TIDAK AKAN BAHAGIA HIDUP DENGAN DIA ,,, masak seorang calon suami ngajak saya jalan-jalan atau nonton bioskop saja tidak pernah. Bagaimana kalo nanti sudah menikah pasti saya akan di kekang hanya boleh di rumah dan menjadi ibu rumah tangga yang kolot.

Tapi sekali lagi demi menyenangkan hati ibu saya dan menunjuk kan bakti saya kepada beliau saya setuju di pinang nya dan di jadikan istri .Walaupun jujur, Jangan Rasa cinta justru rasa benci yang timbul setiap kali saya meliahat suami saya. Ada perasan dia adalah orang yang telah merusak masa depan dan hidup saya. Bahkan setelah menikah pun saya tidak melakukan sebagaimana kewajiban istri atas suami. saya tidak melayaninya baik secara jasmani maupun ruhani, saya tidak pernah memask makan untuknya, saya juga tidak mau tidur satu ranjang dengan nya,. Saya meminta untuk tidur di kamar lain. Karena saya merasa dia tidak berhak mendapatkan tubuh saya karena dia bukan orang yang saya cintai.

Jelas itu adalah pemikaran yang salah bukan? Tapi entah mengapa suami saya begitu sabar menghadapi sikap saya seakan di ibaratkan saya ini seorang anak kecil yang sedang ngambek ingin di belikan mainan oleh orang tuanya. Deangan sabar beliau berusaha menjadi teman saya mengajari saya memahami islam lebih baik dan belajar islam (learn islam) bersama adalah kegiatan kami, tidak dia tidak pernah berusaha mendapatkan hati saya , dia hanya berusaha  menjadi suami yang baik. Dan ternyata dugaan saya setelah menikah semuanya meleset dia adalah Lelaki paling romantis di dunia bahkan sampai sekarang setelah kami mepunyai seorang putra. Yang dulu saya kira dia tidak akan pernah mengajak saya jalan – jalan atu menontopn bioskop kini dia melakukan nya setiap ada kesempatan. Ketika saya Tanya “ Abi kenapa dulu sewaktu ta’aruf abi tidak pernah mengajak ku berpacaran seperti ini” beliau hanya menjawab “ Umi , abi Lebih suka Kita berpacaran setelah menikah” karena Berpacaran setelah menikah Mendapatkan pahala bukan dosa “ .Karena memang itulah yang saya alami, berpacaran setelah menikah. Selama satu bulan setelah menikah kami pun seperti sepasang kekasih yang baru mengenal satu sama lain, PDKT istilah anak jaman sekarang,,,

Setelah lewat satu bulan itulah benih-benih cinta mulai tumbuh,,, LHO…KOk…. Katanya Dulu gak Cinta ? Entah jangan salahkan saya, sepertinya konsep Nikah dulu baru pacaran lebih mengena di hati saya dari pada pacaran dulu baru menikah. Karena Jujur saya merasakan hal berbeda “ Ketika saya pacaran dan berniat akan menikah “ cinta saya itu seperti kapal di tengah langut ter ombang-ambing tak tentu arah, tak tau kapan akan samapi di pelabuhan dan tidak tau pelabuhan mana yang akahn saya tuju pakah pernikahan ataukah perpisaahan. Dan saat itu kapal saya belum mempunyai cukup perbekalan sehingga kesempatan untuk sampai ke pelabuhan itu sulit. Tapi ketika saya mengalami Nikah dulu baru pacaran(TA’ARUF) “ saya merasa cinta saya Berawal dari sebuah pelabuhan yaitu pernikahan dan menuju pelabuhan yang lain yaitu Ridho Allah,tujuan saya sudah jelas  dan dalam rangka menuju pelabuhan lain itu saya sudah punya seorang nahkoda yang baik dan terampil. Subhanallah…

Lalu sejak kapan  Cinta kapada suami saya itu bersemi : Secara detail hanya allah yang tahu tapi yang namanya jodoh . Semua akan indah pada waktunya. Jadi kalo ada anggapan ta’aruf adalah menikah tanpa cinta itu salah besar,saya buktinya saya menikah dengan cara ta’aruf dan saya bahagia. aPakah semua akan mengalami hal yang sama dengan saya ? saya sudah melakukan riset dan hampir 98% hubungan pernikahan yang diawali bukan dari hubungan pacaran “( berawal dari ta’aruf) memiliki kisah yang hampir sama dengan saya. Dan hampir 100% pasangan yang menikah melalui ta’aruf tidak mengalami perceraian. Kenapa bisa begitu saya sendiripun tidak tahu, mungkin itu adalah bukti kebesaran hukum allah yang di tunjukan kepada manusia jika kita mau berfikir dan melakukan nya.

JADI JANGAN PERNAH TAKUT UNTUK TA”ARUF DAN MENIKAH TANPA PACARAN KARENA JAMINAN KEBAHAGIAN MU BUKAN DARI PASANGANmu TAPI DARI TUHAN MU”

Wallahu’alam bisshoab.



View the Original article

0 comments: