Terlepas dari semua kehebohan yang terjadi terkait dengan tanggal cantik tersebut. Bagaimana menurut pandangan Islam tentang hal ini.? Tentu saja, masalah bid’ah tidak akan terlepas dari perdebatan. Beberapa mendukung, maka beberapa pula ada yang membantah. Mereka yang mengatakan bahwa mempercayai hal seperti itu tergolong syirik, dosa yang menyekutukan Allah, termasuk mempercayai segala sesuatu diluar kehendak Allah yang belum kita ketahui apalagi menyangkut dengan Qadha dan Qadhar. Mereka menyajikan opini-opini penolakan dalam berbagai konteks bahasa terhadap apapun yang berhubungan dengan tanggal tersebut. Mereka juga menyertakan dalil-dalil dari Al-qur’an yang memperkuat pendapat mereka. Anjuran untuk kembali kepada Allah, beristighfar dan tidak lagi mempercayai hal musyik seperti itu selalu menjadi penutup yang dramatis di setiap akhir opini.
Lalu bagaimana menurut para pemuka Agama? Beberapa ustadz ternama seperti Jeffry Al Buchori dan Romo Benny Susetyo beropini lebih santai. Himbauan dar imereka bahwa sebagai manusia, alangkah baiknya lebih mendekatkan diri kepada Allah, banyak beramal, berbuat kebajikan, dan kuatkan iman dan islam tetap mengalir, namun tanggapan mengenai kehebohan tanggal tersebut tidak sepenuhnya menyalahkan atau menolak. Menurut mereka orang-orang yang yang menikah atau melahirkan ditanggal tersebut tidak bermaksud untuk syirik. Mereka hanya ingin menggunakannya sebagai hari yang baik untuk sejarah kehidupan mereka.
Lalu ketika disinggung mengenai kiamat, keduanya menghimbau untuk tidak terlalu percaya. Mereka menekankan bahwa persoalan kiamat itu bukan urusan manusia. Tidak akan pernah ada yang tahu kapan terjadinya bahkan Rasulullah sekalipun. Keduanya berharap agar masyarakat tidak terlalu membesar-besarkan dan menanggapi dengan santai saja isu tersebut. Menurut mereka berdua, reaksi seperti ini tentunya baik, daripada bereaksi menanggapi isu-isu yang mencemaskan banyak orang tanpa ada kebenaran untuk tanggung jawab.
Terlepas dari semuanya, hak untuk pro maupun kontra tetap menjadi pilihan pribadi. Dengan tetap memperhatikan toleransi, tentunya perbedaan pendapat itu akan di tanggapi positif. Hal wajar untuk menjadi berbeda dalam beberapa hal. Yang tidak dibenarkan adalah ketika perbedaan itu menjadikan perpecahan. Rasulullah mengganggap perbedaan di antara umat adalah berkah. Maka, selayaknya hal yang sudah menjadi berkah itu tidak di salah tafsirkan. Wallahua’lam.
View the Original article
0 comments:
Post a Comment