Protes Berlebihan Terhadap “Innocence of Muslims” Hanya Memperburuk Citra Islam

on Saturday, September 15, 2012

Sebenarnya saya tidak terlalu tertarik mengikuti isu-isu agama, apalagi politik. Tapi berhubung dunia sedang dihebohkan sebuah film yang disebut-sebut menghina nabi Muhammad saw, melecehkan Islam, dan membuah marah umat Islam, saya jadi terpanggil dan merasa perlu ikut berpendapat. Memang di Indonesia kelihatannya tidak (atau belum) ada protes yang berujung anarkis – walaupun polisi dan aparat keamanan sudah berjaga-jaga dan memperketat keamanan – tidak seperti yang terjadi di kawasan Timur Tengah.

Film Innocence of Muslims yang beberapa hari lalu diupload di Youtube sudah menuai kecaman dan dan protes dari banyak sekali pihak, tidak hanya dari kalangan Muslim tetapi juga dari non muslim, termasuk Amerika sendiri. Film anti-Islam – yang menggambarkan Nabi Muhammad saw sebagai seseorang yang….katakan saja sangat berlawanan dengan aslinya – ini menimbulkan kemarahan yang luar biasa dari kalangan Muslim.

Saya sempat menonton thriller film ini di Youtube – walaupun hanya sebagian – sebelum akhirnya diblokir oleh Menkominfo. Memang filmnya sangat tidak layak tonton sih, baik dari sisi cerita maupun dari kualitas gambar filmnya sendiri. Tapi, bagi saya sendiri, menonton sebagian kecil potongan film tersebut tidak sampai membuat saya menjadi ingin mengecam yang berlebihan, mungkin justru lebih kearah tersinggung dan miris yang masih dalam kadar wajar. Siapa sih yang tidak tersinggung? Umat agama apapun pasti tersinggung dengan penghinaan atas agamanya. Tapi, mari berlogika dan berpikir sehat. Semua Muslim, bahkan mungkin termasuk juga non-muslim, tahu bahwa tokoh Nabi Muhammad yang diceritakan di film tersebut tidak benar, 100% jauh dari yang sebenarnya. Jadi, untuk apa menghabiskan tenaga protes dengan kekerasan, sampai menimbulkan korban jiwa. Saya pikir dengan menghukum si pembuat film sudah cukup.

Protes dan kemarahan luar biasa terjadi di Libya, yang mana menewaskan duta besar AS dan tiga orang Amerika lainnya. Kedutaan AS dibakar, bendera AS dibakar. Tidak hanya di Libya, protes juga terjadi di Mesir, Lebanon, dll, yang kemungkinan besar juga akan segera menjalar ke negara-negara lain.

Lalu siapa yang patut disalahkan atas kejadian ini? Si pembuat film? Jelas. Memang dari niatnya sudah tidak baik, menghina Islam. Tapi, Yang menurut saya aneh adalah, kenapa jadi kedutaan AS dan negara-negara Barat yang diserang? Memang si pembuat film itu tinggal di Amerika, tapi tidak berarti film tersebut dari Amerika, beredar di bioskop saja belum. Siapa yang membuat film, siapa yang jadi korban.

Akibat peristiwa 11 September, Amerika menyalahkan Umat Islam, menganggap semua Muslim itu teroris, dan menyerang Afganistan dengan alasan mencari sang teroris. Umat Islam seluruh dunia menjadi korban perbuatan teroris tersebut karena citra Islam dimata Amerika adalah teroris, padahal Islam tidak pernah mendukung teroris. Sekarang, seorang Amerika membuat film yang menghina Islam, lalu para Muslim pun menyalahkan dan menyerang Amerika. Kok jadinya sama saja ya?

Protes dengan cara-cara kekerasan tersebut justru membuat citra Islam semakin buruk. Ini membuktikan bahwa umat Islam – yang melakukan kekerasan tersebut tentunya – tidak bisa mengendalikan kemarahan. Bukankah dalam Islam kita diajarkan untuk bersabar? Bukankah Islam mengajarkan kedamaian? Ini malah membuat dunia Barat semakin menganggap bahwa Islam memang mendukung kekerasan. Bagaimanapun juga tidak bisa dibenarkan bahwa hanya merasa terhina lalu membalas dengan sampai memakan korban jiwa. Sekarang, siapa yang lebih menghina Nabi Muhammad?

Saya hanya bisa berharap segala bentuk protes dengan kekerasan itu tidak menjalar sampai ke Indonesia. Semoga umat Islam di sekitar saya juga ikut-ikutan bereaksi berlebihan dengan cara yang tidak bermartabat.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

About the author



View the Original article

0 comments: